Rabu, 20 November 2013

Miss that Moment

"Tiba tiba kangen tahun tahun yang lalu haha. Selamat tidur ya :)"
Satu pesan dipagi hari ini membangunkanku dari tidur semalam. Tiba tiba air mata dan rasa penyesalan datang begitu cepat. ‘Aku rindu tahun tahun yang lalu’. Aku merasakan jantungku seakan sedang berlomba berdetak paling kencang.
Apa yang terjadi semalam? Ah ternyata aku tidur lebih cepat lagi ya. Meninggalkanmu sendirian lagi ya. Ah… Aku memang begitu akhir akhir ini.
Tiba tiba terlintas satu fikiran. ‘Ah tidak mungkin’, aku langsung saja menepis semua dugaan dugaan jelekku.
Ya, dia pasti rindu pada masa masa dimana aku dan dia menghabiskan waktu semalam suntuk. Berdua, membicarakan hal yang membuat suasana malam semakin hangat. Yah atau minimal hanya menemaninya browsing blogging sampai keduanya mengantuk dan memutuskan untuk tidur bersama.
Bukan, bukan hal yang dulu dulu yang dia rindukan. Bukan tahun tahun lalu sebelum aku yang dia rindukan. Bukan masa masa dia dengan masa lalu yang hanya dia dan orang orang tertentu yang dirindukannya. Bukan masa masa dimana dia bermuara ke tepi di daerah jakarta bagian timur dan mulai memasuki daerah barat. Bukan bersama wanita cantik itu. Bukan bersama si suara yang merdu itu. Bukan bersama orang yang saat dia banggakan itu. Bukan bersama anak sma itu. Bukan bersama dia yang bertubuh 4kali dari badannya itu. Bukan. Bukan. Bukan dia. Bukan mereka. Tapi, aku. Ya, dia rindu masa masa aku bersamanya, menemaninya.
Aku bertengkar hebat dengan fikiranku sendiri. Kapan terakhir kali aku menemaninya tidur? Kapan terakhir kali aku menanyakan, “kamu belum ngantuk sayang?”. Kapan terakhir kali aku bicara, “kamu tidur ya, sudah larut. Selamat tidur, sayang”. Kapan terakhir kali aku berbagi canda tawa semalaman suntuk? Kapan terakhir kali aku menceritakan kegiatanku? Kapan? Mengapa terasa sudah sangat lama? Aku semakin berfikir keras.
Otak kanan dan otak kiriku semakin bertengkar hebat didukung oleh hati yang meraung raung, “Apa yang dia rasakan saat ini? Mengapa aku begitu takut?”. Jantung pun semakin berlari semaki cepat. Ini kenapa? Ini ada apa?
Tanganku meraih touchpad di laptop dan mulai mengarahkan ke bagian atas. ‘New tab’ lalu langsung ku ketik ‘twitter’. Aku cari dia di home, tidak ada. Lalu ku cari di connect, dia! Ada nama dia! Ada! Ada! Jackpot!!! Aku mulai membaca dengan hati hati. Tiba tiba serasa jantungku melemah dan aku ingin menangis. Tidak tahu apa yang aku tangisi.
Aku semakin menyadari. Aku tidak ada apa apanya. Mengingat pembicaraan kita beberapa waktu lalu yang masih teringat jelas. Aku terisak. Aku tidak ada apa apanya. Kamu yang kini sangat terlihat jelas perannya dalam skenario antara aku dan kamu. Kamu yang semakin terpampang jelas. Dan pasti kamu yang akan memenanginya, kali ini.
Otak kananku masih saja berkelebat seakan tidak mau kalah dari otak kiriku. Semakin seperti ini aku merasa, aku semakin sayang padanya. Tapi sudah terlihat disini, aku semakin tidak ada apa apanya. Kamu tahu bagaimana rasanya? Sakit. Sakit sekali. Bodoh. Bodoh sekali. Tapi dengan keadaanku yang seperti ini, aku semakin tidak ingin melepasnya. Apa itu namanya? egois bukan?
Banyak sekali pernyataan pernyataan yang muncul dalam diriku. Mungkin jika dibuat sinetron, atau ftv aku akan mendapat peran jahat dan egois. Aku tidak ingin kamu merindukan yang lalu lalu. Tapi aku tidak bisa memberi apa apa untukmu. Mereka. Aku benci mereka. Bahkan, aku membenci udara. Mereka menyita waktumu. Begitupun udara. Aku benci dengan keadaan aku seperti sekarang ini. Tidak tahu apa yang akan terjadi. Semakin sakit. Dan semakin egois. Kedua otak ini membuatku sakit kepala. Mata ini membuatku tidak bisa bernafas. Jantung dan hati ini membuatku tidak bisa melakukan apapun. Bahkan untuk menulis disini.
Satu pernyataan dari dalam hati: “Aku mencintainya, dia selalu menggangguku, dia selalu mendengarkan kata kataku, dia selalu mengikuti kemanapun aku pergi. Aku mencintainya, kenapa aku mencintainya? kenapa?” Dan aku kembali terisak dengan beribu panah di hati.
Wookie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar